Pembentukan Karakter Islami

Hakikat dasar dari pendidikan Islam dan pendidikan Ruhani adalah penciptaan karakter anak Islam yang Islami. Proses penciptaan karakter Islami itu sesungguhnya adalah penumbuhan kehidupan yang disadari memiliki hubungan langsung dengan sang Khalik (Pencipta). Penyadaran dan kesadaran adanya koneksi langsung antara makhluk dengan khaliq dipastikan menjadikan makhluk terlatih untuk hati-hati dalam hidup dan akan memiliki karakter mulia.

Dalam khazanah keilmuan Islam, konsepsi dan amali yang mengajarkan tentang pembentukan karakter ada dalam Ilmu Tasawuf. Tasawuf adalah inti agama. Inti terdalam dari teori dan latihan spiritual melalui jalan tasawuf adalah muraqabah, musyahadah, dan muhasabah. Muraqabah adalah tidak dikuasai oleh segala sesuatu selain Allah, dan terus menerus menfokus hati dan perbuatan kepada-Nya. Musyahadah yakninya menyaksikan keagungan dan keindahan Allah dalam seluruh eksistensi apapun jua. Artinya tidak mudah silau oleh gemerlapnya kehidupan duniawi yang seringkali memukau dan mengusur nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Muhasabah, yaitu introspeksi diri yang terus menerus agar tidak lalai dari jalan agama dan Tuhan. Artinya, selalu waspada terhadap pelanggaran agama dan pelanggaran nilai.

Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembentukan karakter Islami, maka semua komponen dilingkungan pendidikan diupaya menciptakan situasi dan lingkungan yang memungkin semua pihak mendapatkan inti dari agama dan inti dari tasawuf.  Dalam pembelajaran dan pembiasaan dapat ditempuh cara-cara yang mengedepankan internalisasi nilai-nilai keberimanan yaitu mencari dan menemukan jawaban yang benar dan optimal atas pertanyaan, Maa huwal imaan? Kemudian dilanjutkan dengan mendalami pertanyaan tentang keberislaman, dengan mencari dan menemukan jawaban yang benar dan optimal atas pertanyaan, Maa huwal islaam?. Terakhir  diupayakan menjelaskan dan menerapkan makna ihsan, yaitu mencari jawaban yang benar dan tinggi atas pertanyaan, Maa huwal ihsaan? 

Dalam hadis dijelaskan tentang Ihsan.  Ihsan adalah Anta’budallaha kaannaka tarahu fain lam tarahu fainnahu yaraka artinya : Sembahlah Allãh seakan-akan engkau  sungguh  melihatnya  dan  bila tidak melihatnya (memang engkau tidak bisa melihatnya) maka sadarilah   bawa  Dia  sungguh melihatmu. (Hadis Riwayat Bukhari- Muslim).

Perbuatan ihsan itu pada dasarnya mengembalikan kehidupan pada kesederhanaan (qanâ’ah), dan berusaha mengidentifikasikan diri dengan Allãh melalui perbuatan terpuji (takhallûqu bi akhlâqil Allãh) dengan menjaga kesucian diri serta melakukan ibadah-ibadah yang membersihkan hati, menjauhkan diri dari pengaruh buruk. Ciri seperti ini sesuai sekali dengan karakteristik tasawuf yaitu; the code of the heart (fiqh al-bâtin), or the purification of the soul ( tazkîyatu al-nafs) or feeling of God’s presence (al-Ihsân).

Derajat ihsan adalah derajat tertinggi dari keberagamaan Islam dan derajat ihsan tidak akan didapat tanpa mencapai derajat iman dan Islam terlebih dahulu. Kualitas ibadah orang yang sudah sampai pada derajat ihsan sudah sangat dekat dengan Tuhan.

Mencari dan menemukan jawaban tentang Iman dan Islam pada dasarnya sudah berjalan melalui pembelajaran kognitif dan sudah  ada dalam kurikulum sekolah sesuai jenjangnya. Sedangkan pemahaman tentang ihsan, masih sangat terbatas sekali. Penerapan tentang konsep  ihsan adalah merupakan pelaksanaan pendidikan karakter yang islami. Karena, seorang baru bisa sampai ke derajat ihsan, apabila ia telah lebih dahulu melalui tiga level proses pencerahan dan pengamalan yang ketat. Ketiga proses itu adalah  level takhalli /ta’abbud/ tilawah, level tahalli/ taqarrub/ tazkiyah, dan level tajalli/ tahaqquq/ taklim.

Proses takhalli adalah proses pembebasan dalam bingkai/level ta’abbud dalam arti suatu peribadatan atau pengabdian yang didasarkan atas negosiasi hamba dengan Allah SWT dalam bentuk pahala dan dosa atau surga dan neraka.  Level ta’abbud ini memiliki empat tahap sebagai berikut :

  1. Taubat
  2. Warak dalam arti kehati-hatian dalam bertindak agar tidak jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat atau salah  dan syubahat
  3. Zuhud atau asketik atau tidak dimasukkan benar ke dalam hati
  4. Warak dalam arti sewaktu membutuhkan Allah dan rasul-Nya di setiap waktu dan tempat.

Proses tahalli adalah proses pembangunan jiwa dalam level taqarrub (letup-letupan jiwa yang berusaha mendekatkan kualitas diri dengan Allah SWT) tanpa kompensasi dosa-pahala atau surga-neraka. Pada level ini tiada motivasi beragama lain, kecuali untuk mendekatkan kualitas diri sedekat mungkin dengan-Nya dan sampai menyatu dengan-Nya. Oleh sebab itu level ini memiliki pula empat tahap, yaitu 1) tawakal, 2) sabar, 3) rida, dan 4) syukur.

Proses tajalli adalah proses pencerahan/tahaqquq dalam arti transparansi hubungan hamba dengan Tuhan yang dilakukan tidak dengan amal saleh saja, tetapi dengan banyak kontemplasi terhadap Tuhan. Level tajalli memiliki empat tahap dan sekaligus merupakan buah pencerahan jiwa yang sangat indah dan manis yaitu :

  1. Mahabbah (cinta Tuhan)
  2. Makrifah
  3. Hakikat
  4. Kasyaf (tersingkapnya tabir dengan sirr) Titian spiritual yang paling efektif dalam spiritualitas Islam adalah shalat yang khusyuk. 

Penutup

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang menyeluruh. Pendidikan Islam menempatkan manusia sebagai khalifatullah dan hamba Allah yang memiliki kualifikasi ahsanun taqwim. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi penggalian potensi manusia untuk dikonstribusikan bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia dan alam semesta. Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang utuh, komprhensif dan teringerasi disadari akan membentuk karakter manusia yang sesuai dengan design yang pencipta-Nya. Semoga pengelola dan pihak-pihak yang care pada pendidikan Islam lebih kuat, tangguh dan berinovasi terus untuk mengatulisasikan pesan suci pendidikan Islam. Aminn,…

Referensi :

  1. Fendi Zarkha, Mengapa Aspek Agama Menjadi Landasan Perumusan Tujuan pada Pendidikan, (http://fendi-zharka.blogspot.com/, accessed on Desember 5, 2014 9:20)
  2. Miya Nur Andina, Peran Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembentukan Karakter Anak. (http://miyanurandinaperdanaputra.blogspot.com/, accessed on Desember 5, 2014, 11:10)
  3. Ridwan Aldursanie, Pendidikan Agama Membangun Moral, (http://ridwan202.wordpress.com/, accessed on October 5, 2014 16:40)
  4. Ansor rahmat hidayat, Peran Pendidikan Agama Islam sebagai Pembentuk Karakter Anak, (http://ansorrahmathidayat.blogspot.com/, accessed on Desember 28, 2014 17:50)
  5. Miftahul jannah, Peran Pendidikan Agama Islam sebagai Pembentukan Karakter Anak. (http://miftahstain.blogspot.com/, accessed on Januari 01, 2015 17:40)

, , ,

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar